Juruselamat Yang Penuh Kasihan
(Markus 5 & 12, Yohannes 9)
Agen-agen Pengharapan: Pelajaran 6
Copr. 2008, Bruce N. Cameron, diterjemahkan oleh Debbie Jacobs. Semua referensi Alkitab dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru ©1974 Lembaga Alkitab Indonesia, kecuali disebutkan lain. Saran jawaban terdapat di dalam tanda kurung. Pengajar diasumsikan menggunakan papan tulis atau alat peraga lainnya dalam membawakan pelajaran. Pelajaran ini dapat dilihat di http://www.GoBible.Org/indonesian.
- Menetapkan Prioritas
- Baca Markus 5:21-23. Andai saudara misionaris, lalu Yairus datang meminta bantuan, akankah saudara membantu?
- Akankah saudara menempatkannya pada urutan pertama?
- Ingat bahwa orang lain berada di sana untuk mendengarkan Yesus. Akankah saudara tetap pergi bersama Yairus dan untuk sementara waktu mengabaikan kerumunan orang banyak tersebut? (Yesus tidaklah biasa mengabaikan orang banyak, namun Yairus orang penting. Saya mungkin akan beranggapan bahwa saya akan memperoleh keuntungan kalau menyembuhkan putri orang penting.)
- Baca Markus 5:24-32. Yesus telah mengiyakan untuk menolong Yairus, apakah Ia kini mengambil risiko digusari orang penting karena berlambat-lambat untuk urusan sepele?
- Bukankah lebih baik tidak mengiyakan untuk menyembuhkan putri Yairus ketimbang mengiyakan namun kemudian membiarkan perhatian teralih? (Jika karena Yairus itu orang penting yang menjadi alasan mengapa Yesus bersedia menolongnya, maka tampaknya nekat kalau berlambat-lambat. Tindakan Yesus menimbulkan tanda tanya apakah memang itulah yang memotivasi Yesus. Boleh jadi Yesus setuju untuk menolong orang yang menunjukkan iman.)
- Baca Matius 5:33-35. Perlukah seorang misionaris memiliki prioritas?
- Prioritas apa yang tercakup di sini? (Pertama, menolong orang yang memiliki pengaruh lawan menolong orang yang bisa disebut "gembel" (Saya bukannya kasar kalau menyebut gembel. Standar agama ketika itu menetapkan perempuan ini sebagai orang najis.) Kedua, menolong kasus darurat lawan kasus bukan darurat.)
- Mengapa di sini Yesus sepertinya tidak punya prioritas?
- Ataukah, Yesus memiliki urutan prioritas yang berbeda?
- Jika saudara menjawab "ya" untuk pertanyaan kedua, sebutkan bagaimana susunan prioritas Yesus tersebut. (Yesus bekerja berdasarkan strategi yang berbeda dari kebanyakan kita. Kita akan membantu orang penting lebih dahulu dengan anggapan bahwa ia dapat membantu kita, dan kita secara logis akan menangani kasus darurat lebih dahulu. Menurut saya jelas bahwa Yesus membantu Yairus bukan karena ia orang penting. Ia menolong Yairus karena ia memiliki iman. Dalam hal itu, perempuan yang mengalami pendarahan memiliki pernyataan iman yang sebanding.)
- Apakah Yesus memandang waktu dengan cara yang berbeda dengan cara kita – bahkan pada saat Ia hidup di bumi ini?
- Jika saudara tahu kelanjutan ceritanya (Markus 5:36-42), apakah yang kita pelajari tentang kesadaran Allah akan waktu? (Bahwa waktu tidak jadi soal. Apakah anak tersebut meninggal karena waktunya telah habis atau bukan karena itu, Yesus dapat membawa hasil yang persis sama.)
- Pelajaran apa yang kita tarik dari sini untuk kegiatan misionaris kita? Haruskan kita mengutamakan orang-orang yang memiliki kekuasaan? Haruskan prioritas waktu yang dunia pegang menjadi prioritas kita? (Satu hal: kita perlu mengabarkan injil kepada seseorang sebelum ia meninggal! Saya tidak tahu pasti berapa orang yang mengalami mujizat kebangkitan kemudian bertobat. Dugaan saya jumlahnya sedikit.)
- Mendapatkan Perhatian
- Baca Markus 12:35-37. Mengapa orang banyak senang mendengarkan Yesus?
- Apakah mereka dihibur? (Menurut saya Yesus merebut perhatian mereka dengan pertanyaanNya yang tidak biasa. Kita tahu bahwa Ia juga mengajar dengan perumpamaan (Markus 4:2) dan Ia mengajar dengan penuh kuasa (Markus 1:22).)
- Pelajaran apa yang perlu kita tarik dari cara Yesus menghadapi orang banyak bagi kegiatan misionari kita? (Tidak ada tempat untuk kebosanan. Tidak ada tempat untuk kejemuan. Tidak ada tempat untuk ketidakpastian atas hal-hal mendasar. Ada tempat untuk hal yang unik, yang memikat hati dan yang pasti.)
- Haruskah cara ini kita terapkan dalam mengajarkan pelajaran ini? (Mungkin tidak mudah, tapi manakala kita memaparkan injil dalam kelompok, kita harus berupaya menjadikannya sebagai sesuatu yang unik, memikat hati dan menimbulkan inspirasi.)
- Apakah ketiga unsur ini semuanya dibutuhkan? Diinginkan? (Saya pernah mengikuti kelas Alkitab di mana gurunya mengangkat topik yang kontroversial lalu kemudian membiarkan kelas membahasnya. Cara itu lebih baik daripada kelas yang datar dan membosankan, karena orang-orang memikirkan masalah itu. Namun, cara seperti itu menjadi pekerjaan yang belum selesai. Jika saudara seorang guru, maka saudara perlu mengajar. Apabila menyangkut prinsip-prinsip dasar injil, saudara harus mempertahankan apa yang saudara yakini sebagai kebenaran .)
- Memiliki Belas Kasihan
- Baca Yohanes 9:1-2. Apakah asumsi yang melatar-belakangi pertanyaan para murid? (Bahwa ada kesalahan orang lain yang menyebabkan orang ini menjadi buta.)
- Apakah para murid tersebut sekumpulan orang sinting? Apakah mereka orang gila?
- Jika saudara mengatakan, "tidak," apakah yang bisa kita tarik dari kehidupan orang buta ini? (Tak sangsi lagi, para murid tersebut mencerminkan pandangan yang berlaku umum. Jadi, orang ini selain buta, juga dibebani dengan rasa bersalah bahwa dirinya atau orangtuanya telah memperlakukan seseorang begitu buruknya sehingga orang ini buta sejak lahir.)
- Baca Yohanes 9:3. Mari kita bahas jawaban Yesus. Apakah jawaban tersebut menunjukkan belas kasihan? (Jawaban tersebut mengangkat beban rasa bersalah dari orang ini atau orangtuanya.)
- Saya ingin bertanya kembali, apakah jawaban Yesus benar-benar menunjukkan belas kasihan? Apa yang dikemukakan dari jawaban tersebut mengenai Allah (dan Yesus itu Allah)? (Bahwa orang ini buta agar Allah dipermuliakan.)
- Jadi, orang ini buta sejak lahir agar Allah terlihat baik? (Ini merupakan cara yang sangat kasar untuk menyimpulkannya, namun saya pikir tujuannya memang seperti itu.)
- Pelajaran apa yang kita bisa tarik dari sini tentang pekerjaan misionari? (Hidup kita adalah untuk kemuliaan Allah. Hidup ini bukan tentang kita, tapi tentang Dia.)
- Baca Yohanes 9:4-7. Kini setelah kita tahu bahwa kualitas hidup kita tidak jadi soal, apa yang kita tarik dari ayat-ayat ini? (Bahwa kualitas hidup kita jadi soal bagi Allah. Yesus adalah Terang Dunia oleh menunjukkan karakter Allah. Allah ingin kita diberkati. Ia ingin kita sehat. Ia ingin kita melihat. Itulah keinginanNya. Namun, terkadang ada hal-hal yang terjadi demi alasan yang Allah ijinkan.)
- Mari kita kembali kepada kisah pertama kita tentang anak perempuan Yairus. Apakah Yesus dengan sadar mengambil keputusan untuk mengijinkan anak perempuan tersebut meninggal? (Ya. Ia mengetahui tingkat kegawatan penyakitnya.)
- Mengapa Yesus mengijinkan hal ini terjadi? (Demi kemuliaan Allah.)
- Apakah keputusan ini kejam? Bisakah seseorang memaafkan Allah karena membiarkan anak kecilnya meninggal?
- Apakah Yairus "memaafkan" Yesus? (Kisah Yairus merupakan rangkuman contoh dari rencana Alalh bagi hidup kita. Fakta bahwa gadis kecil tersebut meninggal tidak jadi soal bagi Yairus dan istrinya tatkala Yesus mengembalikan nyawanya beberapa menit kemudian. Manakala Allah mengembalikan nyawa orang terkasih kita, manakala Ia menyembuhkan segala penyakit dari dunia yang sakit dan berdosa ini, manakala Ia akhirnya membinasakan segala kejahatan, kesedihan dan kematian, maka kita akan menjadi seperti Yairus. Penundaan tersebut tidak jadi soal.)
- Sobat, apakah engkau dapat menciptakan hal yang menggugah dan menarik tentang kasih dan kemurahan Allah dari tindakan yang Yesus ambil? Jika ya, maukah engkau melakukannya?
- Pekan depan: Rasul Yohanes
FONTE: http://www.gobible.org/indonesian/515.htm
Receba GRÁTIS as mensagens do Messenger no seu celular quando você estiver offline. Conheça o MSN Mobile! Crie já o seu!